2025-04-04 | admin3

Tanggapan Susi Pudjiastuti tentang Kelautan Indonesia Saat Ini

Susi Pudjiastuti, mantan Menteri https://eazycarrentals.com/ Kelautan dan Perikanan Indonesia, dikenal sebagai sosok yang vokal dalam mengelola sektor kelautan dan perikanan. Di bawah kepemimpinannya, banyak kebijakan tegas yang dikeluarkan untuk melindungi kekayaan laut Indonesia, salah satunya adalah kebijakan untuk memberantas illegal fishing. Sebagai seorang pengusaha perikanan sebelum terjun ke dunia politik, Susi memiliki pemahaman mendalam mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Dalam berbagai kesempatan, Susi Pudjiastuti sering memberikan pandangannya tentang kondisi kelautan Indonesia yang sangat kaya namun juga rentan terhadap kerusakan. Berikut ini adalah beberapa tanggapan Susi Pudjiastuti mengenai kelautan Indonesia saat ini.

1. Kekayaan Laut Indonesia yang Terabaikan

Susi Pudjiastuti menyatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang sangat besar, bahkan bisa menjadi sumber kekuatan ekonomi global jika dikelola dengan baik. Indonesia berada di posisi strategis, memiliki 17.000 pulau, dan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Lautan Indonesia menyimpan berbagai macam sumber daya alam yang melimpah, mulai dari ikan, biota laut, hingga potensi pariwisata bahari. Namun, kekayaan ini seringkali terabaikan akibat berbagai masalah seperti illegal fishing (penangkapan ikan ilegal), kerusakan ekosistem laut, serta kurangnya pengawasan yang efektif.

Dalam pandangannya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah pengelolaan laut yang belum optimal. Banyaknya praktek penangkapan ikan ilegal serta kerusakan terumbu karang dan habitat laut lainnya menjadi ancaman nyata yang membutuhkan perhatian serius. Oleh karena itu, Susi selalu menekankan pentingnya perlindungan terhadap sumber daya laut untuk memastikan keberlanjutannya bagi generasi mendatang.

2. Penangkapan Ikan Ilegal: Masalah Utama yang Harus Diberantas

Salah satu isu besar yang selalu disoroti oleh Susi Pudjiastuti adalah masalah illegal fishing. Selama menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, ia dikenal sangat tegas dalam memberantas praktik ini. Ia menyebutkan bahwa illegal fishing merugikan negara karena mengurangi potensi pendapatan negara dari sektor perikanan, dan juga merusak ekosistem laut yang tidak bisa dipulihkan dalam waktu singkat.

Susi mengungkapkan bahwa selain merugikan negara, penangkapan ikan ilegal juga mengancam keberlanjutan sumber daya laut, sebab praktik ini menggunakan metode yang merusak, seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak atau racun. Akibatnya, populasi ikan di laut berkurang drastis, dan ekosistem laut pun terancam hancur.

Untuk itu, ia mendukung kebijakan tegas yang melibatkan penenggelaman kapal-kapal asing yang tertangkap basah melakukan penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia. Langkah ini, meskipun kontroversial, diakui oleh Susi sebagai salah satu upaya paling efektif untuk memberi efek jera kepada pelaku illegal fishing.

3. Keberlanjutan Ekosistem Laut: Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Alam

Selain masalah illegal fishing, Susi juga menyoroti pentingnya keberlanjutan ekosistem laut. Kerusakan terumbu karang dan polusi laut menjadi ancaman nyata terhadap kelestarian sumber daya laut Indonesia. Susi menegaskan bahwa sektor kelautan bukan hanya soal mengambil sumber daya alam, tetapi juga soal menjaga keberlanjutannya. Oleh karena itu, konservasi dan rehabilitasi ekosistem laut perlu dilakukan secara berkesinambungan.

Menurut Susi, salah satu langkah penting yang harus diambil adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan laut. Ini termasuk mengurangi polusi plastik di laut dan mendukung upaya-upaya pelestarian terumbu karang, yang merupakan habitat penting bagi berbagai jenis biota laut.

4. Peran Teknologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut

Susi Pudjiastuti juga percaya bahwa teknologi memiliki peran penting dalam pengelolaan kelautan Indonesia. Teknologi dapat digunakan untuk memantau pergerakan kapal, mendeteksi aktivitas illegal fishing, serta memetakan kondisi ekosistem laut secara lebih akurat. Dalam era digital, Susi berpendapat bahwa pengelolaan kelautan harus lebih berbasis data dan teknologi untuk memastikan keputusan yang lebih tepat dan efektif.

Susi juga mendukung penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam industri perikanan, seperti penggunaan alat tangkap yang lebih selektif, yang tidak merusak ekosistem laut dan dapat menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.

5. Pentingnya Kolaborasi antara Pemerintah, Masyarakat, dan Sektor Swasta

Susi Pudjiastuti menekankan bahwa pengelolaan kelautan yang baik tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga memerlukan peran aktif masyarakat dan sektor swasta. Pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta harus bersinergi untuk menciptakan sistem pengelolaan kelautan yang berkelanjutan.

Susi percaya bahwa masyarakat lokal, terutama yang tinggal di daerah pesisir, memiliki pengetahuan dan kearifan lokal yang sangat berharga untuk melestarikan ekosistem laut. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat pesisir untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian sumber daya laut harus dilakukan dengan baik. Begitu juga dengan sektor swasta, yang diharapkan dapat berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan dan praktik bisnis yang berkelanjutan.

6. Mengoptimalkan Potensi Ekonomi Laut

Sebagai seorang pengusaha perikanan, Susi juga mengingatkan pentingnya mengoptimalkan potensi ekonomi laut Indonesia secara bijak. Sektor perikanan yang berkelanjutan dapat menjadi sumber pendapatan yang sangat besar bagi negara jika dikelola dengan baik. Selain itu, potensi pariwisata bahari yang luar biasa juga harus dimanfaatkan dengan tidak merusak alam.

Susi berpendapat bahwa sektor kelautan dapat menjadi pendorong utama ekonomi Indonesia jika Indonesia mampu menjaga keberlanjutannya dan tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.

BACA JUGA DISINI: Masa Pemerintahan Dedy Mulyadi: Perjalanan Kepemimpinan dan Kontribusinya bagi Jawa Barat

Share: Facebook Twitter Linkedin